WARTAKAILI.COM – Membaca statistik pertandingan sering kali membuka sisi lain dari sebuah kekalahan. Begitu pula dengan hasil 0–3 yang dialami Persipal Palu saat menjamu PSS Sleman dalam lanjutan Pegadaian Championship 2025/2026 di Stadion Gawalise, Minggu (5/10/2025).
Di balik skor yang tampak mencolok itu, tersimpan cerita tentang keseimbangan semu, koordinasi yang belum padu, serta efektivitas yang menjadi pembeda utama antara dua tim.
Laskar Tadulako sejatinya mampu menandingi permainan lawan dalam hal jumlah peluang dan penguasaan bola, tetapi kehilangan fokus di momen penting membuat mereka kembali gagal meraih poin di kandang sendiri.
Kebobolan cepat menjadi pembuka luka bagi tuan rumah. Baru lima menit pertandingan berjalan, bek PSS Sleman, Cleberson Martins de Souza, mencetak gol pembuka lewat sundulan tajam yang gagal diantisipasi kiper Persipal, Moh Rajiv Abizal.
Gol ini bukan sekadar hasil bola mati biasa, melainkan cermin lemahnya koordinasi dan konsentrasi di jantung pertahanan. Pemain belakang gagal menjaga zona, sementara penjaga gawang terlalu maju meninggalkan posisinya.
Petaka berlanjut di menit ke-15. Kesalahan umpan dari bek senior Victor Pae berujung fatal. Bola yang seharusnya diarahkan ke lini tengah justru jatuh di kaki Frederic Injai.
Pemain asing asal Afrika itu dengan tenang menaklukkan Abizal dan menggandakan keunggulan tim tamu. Dalam tempo singkat, PSS Sleman unggul dua gol tanpa banyak tekanan berarti.
Meski tertinggal, Persipal tidak sepenuhnya menyerah. Mereka mencoba bangkit dengan meningkatkan tempo dan menekan dari sisi sayap. Beberapa peluang sempat tercipta.
Tendangan keras Adade memaksa kiper PSS Sleman melakukan penyelamatan gemilang, sementara sepakan Usman Diara yang memanfaatkan bola muntah nyaris berbuah gol andai tidak diblok oleh Rico Simanjuntak tepat di garis gawang.
Namun, seperti yang kerap terjadi sepanjang musim ini, penyelesaian akhir menjadi titik lemah utama.Data statistik memperkuat fakta itu. Persipal mencatat total 14 tembakan dengan lima yang mengarah tepat ke gawang, sementara PSS Sleman hanya melakukan 12 tembakan dengan enam di antaranya on target.
Penguasaan bola pun relatif seimbang, 45 persen untuk Persipal dan 55 persen bagi PSS. Secara jumlah peluang, Laskar Tadulako tidak kalah.
Namun, efektivitas Sleman jauh lebih tinggi dengan tingkat akurasi tembakan 50 persen dibanding 45 persen milik tuan rumah.
Babak kedua seolah menjadi panggung bagi upaya kebangkitan yang tak kunjung tuntas. Persipal tampil lebih berani menekan, berusaha mempersempit ruang gerak lawan dengan pressing tinggi.
Namun, ketenangan dan kedisiplinan barisan pertahanan PSS Sleman membuat segala upaya itu mentah di tengah jalan. Setiap umpan silang berhasil dipatahkan, setiap tembakan diblok dengan baik.
Persipal sempat memperlihatkan determinasi di lini tengah, tetapi sering kehilangan bentuk permainan begitu bola hilang. Transisi bertahan yang lambat membuka ruang lebar bagi serangan balik PSS Sleman.
Di menit ke-87, kelemahan itu kembali menjadi bumerang. Frederic Injai, yang tampil menonjol sepanjang laga, memanfaatkan celah di antara dua bek Persipal untuk mencetak gol keduanya. Skor 3–0 menutup laga dengan penuh ironi bagi tuan rumah.
Pelatih kiper Persipal, Ferry Rotinsulu, yang mewakili tim pelatih, mengakui bahwa hasil ini menjadi pelajaran berat bagi seluruh pemain. Ia menegaskan para pemain telah bekerja keras, namun koordinasi yang lemah dan minimnya pengalaman di lini belakang menjadi faktor utama kegagalan tim.
“Yang jelas, kami sudah berusaha bermain sebaik mungkin melawan Sleman, tim dengan materi pemain yang stabil sejak musim lalu. Semua pemain punya semangat, tapi hasilnya belum berpihak,” ujar Ferry seusai pertandingan.
Mantan penjaga gawang tim nasional itu menolak menyalahkan satu individu atas kebobolan tiga gol. Menurutnya, kesalahan terjadi secara kolektif akibat lemahnya komunikasi dan organisasi permainan di sektor pertahanan.
“Jujur, kita sedikit kalah di pemain belakang. Tim lawan banyak dihuni pemain asing berpengalaman, sedangkan kita mengandalkan pemain lokal. Tapi bukan berarti saya membela kiper. Gol-gol yang terjadi adalah kesalahan tim secara keseluruhan,” jelasnya.
Ferry menegaskan evaluasi mendalam akan dilakukan segera. Ia bersama staf pelatih akan meninjau ulang rekaman pertandingan untuk menemukan akar persoalan dan memperbaiki sistem permainan.
“Kami akan menonton ulang video pertandingan untuk melihat di mana letak kesalahan kami. Semua kiper sudah tampil maksimal, hanya saja secara kualitas memang kita tertinggal. Ke depan, kami akan bekerja keras memperbaiki komunikasi dan koordinasi antar lini,” tambahnya.
Kekalahan ini menjadi cermin bahwa Persipal membutuhkan lebih dari sekadar semangat bertanding. Tim asal Palu itu harus berbenah secara struktural, terutama dalam hal kedisiplinan bertahan, ketenangan dalam pengambilan keputusan, dan efisiensi di depan gawang.
Statistik menunjukkan mereka tidak kalah dalam semangat dan peluang, tetapi kalah dalam efektivitas serta organisasi permainan.
Dengan tiga kekalahan beruntun, tekanan semakin berat bagi Laskar Tadulako. Namun, peluang untuk bangkit belum tertutup.
Laga kandang berikutnya melawan PSIS Semarang, Sabtu (11/10/2025), akan menjadi ujian mental dan taktik yang sesungguhnya. Jika koordinasi dapat diperbaiki dan efektivitas meningkat, bukan mustahil Persipal mampu membalikkan situasi.
Sebaliknya, jika kelemahan yang sama terulang, perjalanan di Pegadaian Championship musim ini bisa menjadi sangat berat bagi tim kebanggaan Sulteng itu.






