WARTAKAILI.COM – Sebanyak 102 ribu masyarakat Sulawesi Tengah kini telah merasakan langsung manfaat program Berani Sehat, sebuah layanan berobat gratis hanya dengan menggunakan KTP, yang digagas Gubernur Anwar Hafid bersama Wakil Gubernur Reny Lamadjido.
Program ini menjadi salah satu terobosan penting dalam memastikan akses kesehatan yang adil dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat, tanpa terkecuali.
Selama tujuh bulan berjalan, program tersebut telah menyedot anggaran sebesar Rp37 miliar yang dialokasikan melalui BPJS Kesehatan.
Dengan mekanisme ini, pemerintah provinsi menjamin agar tidak ada lagi warga yang ditolak rumah sakit maupun puskesmas hanya karena kendala administrasi atau tunggakan iuran.
Anggaran yang nyata dan berpihak pada rakyat ini menjadi bukti keseriusan pemerintah dalam mewujudkan hak kesehatan sebagai bagian dari pelayanan dasar.
“Walaupun kartunya tidak aktif, walaupun ada tunggakan, tetap harus dilayani. Pemerintah Provinsi yang jamin. Ini bukan program kaleng-kaleng, tapi program dengan anggaran nyata untuk rakyat,” tegas Gubernur Anwar Hafid saat menghadiri Rapat Kerja Daerah Pemerintah Kabupaten Tolitoli, Jumat (3/10/2025).
Ucapan ini disambut riuh tepuk tangan peserta rapat, yang terdiri dari jajaran pejabat daerah, tokoh masyarakat, hingga perwakilan lembaga keuangan.
Kehadiran program Berani Sehat bukan hanya menjawab kebutuhan dasar, melainkan juga memberikan rasa aman bagi masyarakat kecil yang selama ini kerap dilanda kekhawatiran saat menghadapi biaya kesehatan.
Dalam banyak testimoni, warga merasa terbantu karena mereka tidak lagi menunda berobat akibat ketidakmampuan membayar. Bagi petani, nelayan, pedagang kecil, hingga buruh harian, layanan ini menjadi jawaban nyata atas keresahan yang bertahun-tahun menghantui.
Selain sektor kesehatan, pemerintah provinsi juga mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui program Berani Cerdas.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur mengungkapkan bahwa sebanyak 1.000 mahasiswa asal Tolitoli telah menerima beasiswa dengan nilai total mencapai Rp3,27 miliar. Jumlah ini merupakan bagian dari 15.523 mahasiswa se-Sulawesi Tengah yang mendapat manfaat serupa.
“Bayangkan, kalau 15 ribu penerima itu kita kumpulkan di Tolitoli, penuh ini kota. Jadi jangan pernah berhenti daftar, karena Berani Cerdas tidak akan ditutup. Pemerintah akan terus memproses permohonan mahasiswa, bahkan ke depan kita buka peluang untuk S2 dan S3 secara selektif,” ujar Gubernur.
Pernyataan tersebut menegaskan arah pembangunan yang tidak hanya berfokus pada infrastruktur fisik, tetapi juga pada investasi jangka panjang di bidang kesehatan dan pendidikan.
Kedua program ini diharapkan mampu menjadi fondasi untuk menciptakan masyarakat Sulawesi Tengah yang lebih sehat, cerdas, dan berdaya saing.
Meski demikian, Gubernur juga memberi catatan penting mengenai ketepatan data penerima manfaat. Menurutnya, validitas data adalah kunci agar program tidak salah sasaran.
“Jangan sampai ada orang miskin yang tidak masuk data, sementara yang mampu justru terdaftar. Data ini harus benar-benar dirapikan supaya program tepat sasaran,” tegasnya.
Rapat Kerja Daerah di Tolitoli itu turut dihadiri Bupati Amran H. Yahya, Wakil Bupati Moh. Besar Bantilan, Ketua TP-PKK Tolitoli Sriyanti Dg Parebba, Wakil Gubernur dr. Reny Lamadjido, Ketua TP-PKK Sulteng Sry Nirwanti Bahasoan, anggota DPRD Sulteng Fauzan dan Murmansya Bantilan, serta perwakilan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan Sulteng. Kehadiran berbagai unsur ini menunjukkan sinergi lintas sektor dalam mendukung program pemerintah provinsi.
Dengan capaian 102 ribu penerima layanan kesehatan gratis dan lebih dari 15 ribu mahasiswa penerima beasiswa, arah kebijakan Anwar Hafid dan Reny Lamadjido menunjukkan keberpihakan yang jelas kepada rakyat kecil.
Program Berani Sehat dan Berani Cerdas tidak sekadar jargon politik, melainkan kebijakan konkret dengan anggaran yang dapat dipertanggungjawabkan.
Warga percaya bahwa program-program ini tidak hanya sementara, melainkan akan menjadi bagian dari perubahan besar menuju Sulawesi Tengah yang lebih inklusif.
Pemerintah provinsi menegaskan komitmennya untuk terus membuka akses seluas-luasnya, baik dalam pelayanan kesehatan maupun pendidikan, sehingga tidak ada lagi cerita tentang anak putus sekolah karena biaya atau warga yang enggan berobat karena takut biaya.
Ke depan, tantangan terbesar adalah menjaga keberlanjutan program agar tidak berhenti di tengah jalan. Diperlukan pengawasan, pengelolaan anggaran yang transparan, serta partisipasi aktif masyarakat untuk memastikan manfaat benar-benar sampai kepada yang berhak.
Namun setidaknya, langkah awal yang telah ditempuh memberi sinyal bahwa Sulawesi Tengah sedang bergerak menuju arah yang lebih baik.
Dengan demikian, 102 ribu masyarakat yang telah menikmati layanan kesehatan gratis bukan hanya angka statistik, melainkan representasi nyata dari kebijakan publik yang menyentuh langsung kehidupan rakyat.
Sebuah langkah sederhana, tetapi berdampak besar, yang menjadi tonggak sejarah baru dalam perjalanan pelayanan sosial di Sulawesi Tengah.






